Rabu, 10 Juni 2009

Merpati tak selamanya jujur

Sepasang merpati bertengger di reranting pohon kamboja, keduanya nampak asik bercengkrama dalam suka. Di bawah hamparan lazuardi membiru keduanya saling mengungkapkan cintanya, di selingi cekikikan manis di celah-celah dedaunan yang memerah cerah. Bulu-bulu putih contras dengan warna putih bunga kamboja menambah indah suasana itu. mereka terbuai uleh cinta tak meraskan walaupun dibawahnya berderet kuburan manusia tertata rapi. Dan akhirnya merpati betina berguman.
“ Oh betapa indahnya hari ini kasihku.” Guman merpati betina, sambil bersender di bahu merpati jantan.
“ Yah seindah rupamu, sewangi aroma tubuhmu dan sesuci bulu-bulumu kasihku.” Merpati jantan menciumi jambul merpati betina dengan mesranya.
“ Apakah cintamu seputih bulu-bulu kita kasihku.” Guman kembali merpati betina.
“ Tentu kasihku.”
“ Tapi aku takut kau sekedar mempermainkanku saja.” Rintih merpati betina.
“ Kenapa kau berkata seperti itu!, bukanya kau telah tahu betapa besar cintaku padamu kasihku.” Merpati jantan menatap merpati betina.
“ Tapi aku masih sangksi dengan segala yang kau utarakan.”
“ Percayalah padaku kasihku. bukakah cinta di landasi atas dasar saling kepercayaan.”
“ Yah aku setuju dengan itu!, namun seberapa besarkah cintamu padaku. Aku sendiri masih meragukannya.”
“ Sekali lagi kau masih ragu dengan cinta suciku kasihku.”
“ Maaf Cuma lebih meyakiniku bahwa aku tak salah memilih dan berkorban segalanya untuk mu.” Guman merpati betina.
“ Baiklah kalau kamu ingin melihat seberapa besarnya cintaku padamu.”
“ Yah”
“ Aku akan terbang melewati samudra hindia dan bertengger di atasnya, akan ku bawakan setangkai bahkan bertangkai-tangkai bunga Adelwaish dari puncak gunung itu, Jika kau minta akan ku bangun sebuah fenomena baru di dunia ini melebihi apa yang telah di buat Syeh Jehan dengan Tajmahalnya, atau aku perlu menengguk racun mematikan seperti yang dilakukan Romeo demi bentuk cintanya pada Juliet. Aku sanggup melakukannya itu semua kasihku demi kau.”
“ Sst..!, bukan seperti itu yang aku mau.”
“ Lantas”
“ Aku hanya mau mendengar sebuah kata keluar dari mulutmu.”
“ Kata apa yang mesti aku ucapkan kasihku.”
“ Kau hanya cukup mengatakan akan selalu mencintaiku dalam suka maupun duka dan bersama mengarungi hidup baik pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda.”
“ Hanya itu aku sanggup sayangku.”
“ Yah sekarang buktikan dengan ucapanmu”
“ Aku akan selalu mencintaimu dalam suka maupun duka dan bersama mengarungi hidup baik pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda. Apa itu cukup memuaskanmu kasihku.”
“ yah...”
Suasana nampak hening untuk beberapa saat, hanya bunyi dahan pohon yang bergesekan tertiup angin menjadikan suasana yang lain di hati kedua merpati tersebut. Menit-menit selanjutnya terdengar kembali suara melankolis merpati Jantan terdengar merdu dan syahdu di telinga sang Betina.
“ Kasihku, setelah apa yang kau utarakan tadi. bolehkah aku bertanya sebagai orang yang kau cintai.”
“ Apakah gerangan yang akan kau tanyakan padaku kasihku.”
“ Apakah kau sungguh-sungguh mencintaiku?.” Pertanyaan Merpati jantan.
“ Haruskah itu yang kau tanyakan.”
“ Sekedar lebih meyakiniku bahwa aku tak salah memilih dan berkorban segalanya untukmu.”
“ Baiklah apa yang kau minta dariku!. Apakah aku mesti terbang kehimalaya mencarikan Adelwaish untukmu kasihku, atau aku mesti membangun istana megah melebihi kemegahan Tajmahal?.”
“ Bukan” jawab singkat sang Jantan.
“ Apakah aku perlu meneguk racun yang sama diminum Juliet?.”
“ Bukan juga.”
“ apakah aku harus mengatakan akan selalu mencintaimu dalam suka maupun duka dan bersama mengarungi hidup baik pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda?.”
“ Bukan itu semua yang kumau darimu kasihku.”
“ Lantas?.” Suara merpati betina meninggi.
“ Aku hanya ingin tubuhmu.” Seolah tersambar petik yang begitu dahsyat. sang merpati betina hanya diam membisu.nampak dari kedua celah matanya keluar cairan kristal bening kemudian menetes membasahi pipinya. Selang beberapa menit kemudian, sang merpati jantan kembali berucap kepada merpati betina dengan begitu lembut dan meyakinkannya.
“ Perlu kau tahu kasihku cinta itu bukan sekedar dilandasi ikatan batin belaka, cinta perlu sebuah ikatan raga yang didalamnya terdapat rasa kepercayaan. Perlu kau tahu juga, cinta yang suci adalah dimana dua hati saling memiliki, dan merasakan.”
“ Tapi apakah cinta hanya didasari hubungan raga untuk membuktikan seberapa besarnya cinta seseorang pada kekasihnya.” Ungkap dalam merpati betina.
“ Tidak juga. Tapi cinta butuh realitas bukan retorika kasihku.”
Merpati betina kini kalut, di otaknya hanya ada iblis membujuk ketimbang malaikat putih bersayap.
“ Itu terserah kamu kasihku, aku bukanlah menjual mimpi ataupun sekedar mempermainkanmu, tapi aku hanya ingin meyakinkan diriku saja bahwa kau sungguh-sungguh mencintaiku, dan rela memberikan apa saja dan segalanya buat orang yang kau cintai. Kau tahu kasihku hidup begitu singkat untuk dijalani dengan pilihan yang salah. Untuk itu yakinkanlah aku jika kau bukanlah pilihan yang salah buatku kasihku. ”
“ Ehm...?” bentuk diam betina.
“ Baiklah kasihku. Namun sebelum apa yang nanti ku berikan padamu apakah kau akan tetap berkomitmen dengan apa yang kau ucapkan tadi kasihku.”
“ Aku adalah pejantan yang pantang ingkar janji. jika itu belum cukup meyakinkanmu belahlah dadaku dan lihat apakah hati kecilku berbohong kasihku. Atau jika kau berfikir bahwa aku akan terbang dan mencari merpati yang lain, cabut semua bulu-bulu yang ada pada kedua sayapku ini agar aku tak bisa terbang dan berkesempatan untuk mencari yang lain.”
“ Cukup kasihku kau sudah terlalu meyakiniku. kini peluk aku, pagut aku sepuasmu, dan tebarkan kehangatan cintamu jangan kau biarkan seonggok tubuh ini terlewatkan.”
“ Tentu tak mungkin kulepaskan waktu tanpa menyentuhmu kasihku.”
Seketika sepasang burung merpati berpagutan dalam kecamuk birahi yang menggelora. sayapnya berkepakan tak beratur, sementara ekor-ekornya terangkat tinggi-tinggi, paruhnya berlelehan liur, di sekitarnya dahan-dahan bergoyang, daun berterbangan menjauh, langit pucat pasi, dan sang matahari meredupkan sinarnya seakan enggan melihat kejadian memuakan tersebut.
Sesaat sepasang merpati tenggelam dalam gelora yang menyelimuti diri mereka berdua, mereka tak menyadari sepasang mata tajam telah lama mengintai di celah-celah dedaunan yang mulai menguning.
Belum juga kedua burung itu tersadar dari lautan nafsu yang menenggelamkan mereka, sepasang mata tersebut melejit menerkam, meyergap bersamaan keterkejutan sepasang burung yang berusaha secepat kilat meloloskan diri. Tapi naas hanya satu dari kedua burung itu yang berhasil lolos dari cengkraman maut. Sang merpati betinalah yang tertangkap ia kurang mujur sewaktu terkaget ia lamban untuk terbang sementara si pejantan lebih dulu terbang tanpa memberi aba-aba. Kasihannya kini ia dalam lilitan maut sang ular. berkali-kali ia mencoba berontak namun tenaga yang dimiliki merpati betina tidak sebanding dengan tenaga sang ular. malah sekarang lilitan ular bertambah keras melilit meremukan tulang belulang merpati betina.
Merpati jantan yang selamat dari maut kini mendarat bertengger pada batang pohon yang tidak jauh dari pohon tempat dimana mereka bermadu kasih. Sepasang mata merpati jantan menerawang ke arah kekasihnya dengan tatapan yang tajam, namun setelah melihat kekasihnya merintih kesakitan dililit Ular yang melebihi dari besar badannya sendiri ia hanya merinding merasakan sakit dan ngeri yang dialami kekasihnya. Namun lain yang dirasakan sang betina melihat kekasihnya bertengger memperhatikan di pohon sebelah, si betina cukup tenang karna dia pikir kekasihnya akan segera menolongnya dari cengkraman maut sang Ular.
“ Tolong aku kekasihku aku sesak tak bisa bernafas!.” Teriak merpati betina.
“ apa yang mesti aku perbuat untukmu kaksihku.” Jerit sang Jantan.
“ Terbanglah kemari patuk dengan paruhmu kepala ular ini, cengkram tubuhnya dengan kedua cakar kokohmu, kemudian bawa aku terbang bersamamu.”
“ Tapi...?.”
“ Apa yang membuatmu ragu kasihku, cepatlah aku sangat membutuhkanmu!.” Sang Jantan hanya termanggu saja mendengar erangan memelas dari kekasihnya, ia tidak tahu harus bagaimana dan berbuat apa. Dan pada akhirnya setelah beberapa menit kediamannya ia mulai berkata.
“ Maafkan aku kasihku, mustahil aku bisa menyelamatkanmu dan mengalahkan ular yang begitu besar itu!.”
“ Kenapa kau berkata seperti itu kasihku!, setelah apa yang aku berikan untukmu, mana komitmenmu!, mana kesetiyaanmu!.” Jerit sang Betina.
“ Aku paham itu kasihku.”
“ Lantas apa yang kau tunggu lagi cepat selamatkan aku!, aku mulai sesak!.”
“ Beribu-ribu maaf aku ucapkan kepadamu kasihku, berjuta-juta pembodohan aku berikan pada diriku sendiri kasihku. aku memang pengecut, aku hanya merpati yang lemah lagi tak berdaya. terbang menyelamatkanmu saja aku tak berani. Sebelumnya aku hanya ingin kau tahu ada hal-hal yang tidak mungkin dijawab oleh cinta, termasuk masalah maut.”
“ Jadi!, yang sedari tadi kau ucapkan dan yang kuberikan itu semuanya adalah!, BANGSAT !!!!!!!!!.”
Tanpa menghiaraukan rintihan jeritan betina, pejantan terbang menjauh meninggalkan betina, namun sebelum jauh ia terbang sesosok burung cantik berwarna merah keemasan melintas pada lajur yang sama. insting kehewanannya merespon, tanpa pikir panjang dikejarnya burung itu sambil bersiul menggoda.
Ular hanya geleng-geleng kepala melihat kejadian tersebut. Sesaat sebelum ia menelan mentah-mentah si betina yang sudah tak bernyawa, ia berceloteh kecil.
“ Cinta Tai Lutung.”


Ciputat 2004

0 komentar:

 
klik di sini dunk